A.
Pengertian Konsep Pendapatan
Pendapatan menurut wikipedia adalah jumlah uang yang
diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk
atau jasa kepada pelanggan. Bagi investor, pendapatan kurang penting dibanding keuntungan,
yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah dikurangi pengeluaran.
Pertumbuhan pendapatan merupakan indicator penting dari
penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut. Pertumbuhan pendapatan
yang konsisten dan juga pertumbuhan keuntungan dianggap penting bagi perusahaan
yang dijual ke public melalui saham untuk menarik investor
Pendapatan
nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima
oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan
faktor-faktor produksi dalam satu periode, biasanya selama satu tahun.
Konsep Pendapatan Nasional
·
PDB/GDP (Produk
Domestik Bruto/Gross Domestic Product)
Produk Domestik Bruto adalah jumlah produk
berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas
wilayah suatu Negara selama satu tahun. Dalam perhitungannya, termasuk juga
hasil produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang
beroperasi diwilayah yang bersangkutan
·
PNB/GNP (Produk Nasional Bruto/Gross Nasional Product)
PNB adalah seluruh nilai produk barang dan jasa
yang dihasilkan masyarakat suatu Negara dalam periode tertentu, biasanya satu
tahun, termasuk didalamnya barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat
Negara tersebut yang berada di luar negeri.
RUMUS : GNP = GDP – Produk netto terhadap luar negeri
·
NNP (Net National Product)
NNP adalah jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan oleh masyarakat dalam periode tertentu, setelah dikurangi penyusutan
(depresiasi) dan barang pengganti modal.
RUMUS : NNP =
GNP – Penyusutan
·
NNI (Net National Income)
NNI adalah jumlah seluruh penerimaan yang
diterima oleh masyarakat setelah dikurangi pajak tidak langsung (indirect tax).
RUMUS : NNI =
NNP – Pajak tidak langsung
·
PI (Personal Income)
PI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima
masyarakat yang benar-benar sampai ke tangan masyarakat setelah dikurangi oleh
laba ditahan, iuran asuransi, iuran jaminan social, pajak perseorangan dan
ditambah dengan transfer payment.
RUMUS : PI =
(NNI + transfer payment) – (Laba ditahan + Iuran asuransi + Iuran jaminan
social + Pajak perseorangan )
·
DI (Disposible Income)
DI adalah pendapatan yang diterima masyarakat
yang sudah siap dibelanjakan oleh penerimanya.
RUMUS : DI = PI –
Pajak langsung
B. Metode Perhitungan Pendapatan Nasional
Tujuan dan manfaat perhitungan pendapatan
nasional
Tujuan mempelajari Pendapatan Nasional :
o
Untuk mengetahui tingkat
kemakmuran suatu negara.
o
Untuk memperoleh
taksiran yang akurat nilai barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat dalam
satu tahun.
o
Untuk membantu membuat
rencana pelaksanaan program pembangunan yang berjangka.
Manfaat mempelajari pendapatan nasional
o
Mengetahui tentang
struktur perekonomian suatu negara.
o
Dapat membandingkan
keadaan perekonomian dari waktu ke waktu antar daerah atau antar provinsi.
o
Dapat membandingkan
keadaan perekonomian antar negara.
o
Dapat membantu
merumuskan kebijakan pemerintah.
Perhitungan Pendapatan Nasional
o
Metode Produksi
Pendapatan
nasional merupakan penjumlahan dari seluruh nilai barang dan jasa yang
dihasilkan oleh seluruh sector ekonomi masyarakat dalam periode tertentu
Y=[(Q1
X P1) + (Q2 X P2) + (Qn X Pn)…..]
Keterangan
:
Y
= Produk Nasional atau Produk Domestik Bruto (PNB atau GDP)
P
= Harga Barang dari unit ke-I hingga unit ke-n
Q
= Jumlah barang dari jenis ke-I hingga jenis ke-n
o
Metode Pendapatan
Pendapatan
nasional merupakan hasil penjumlahan dari seluruh penerimaan (rent, wage, interest, profit) yang
diterima oleh pemilik factor produksi dalam suatu negara selama satu periode
Y=
r + w + i + p
o
Metode Pengeluaran
Pendapatan
nasional merupakan penjumlahan dari seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh
seluruh rumah tangga ekonomi (RTK,RTP,RTG,RT luar negeri) dalam suatu negara
selama satu tahun
Y=
C + I + G + (X-M)
Keterangan
:
Y
= Pendapatan Nasional
C
= Pengeluaran konsumsi Rumah Tangga Konsumen (RTK)
I
= Pengeluaran Investasi Rumah Tangga Produsen (RTP)
G
= Pengeluaran pemerintah dari Rumah Tangga Pemerintah (RTG)
X
= Ekspor
M
= Impor
C. Masalah Masalah
Keterbatasan Perhitungan Produk Domestik Bruto
Perhitungan PDB dan Analisa Kemakmuran
Perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas
tentang tingkat kemakmuran suatu negara, dengan cara membaginya dengan jumlah
penduduk (disebut PDB per kapita). Menurut PBB, sebuah negara dikatakan miskin
bila PDB per kapitanya lebih kecil daripada US$ 450,00. Berdasarkan standar
ini, maka sebagian besar negara-negara di dunia adalah negara miskin. Suatu
negara dikatakan makmur/kaya bila PDB perkapita lebih besar daripada US$ 800.
Kelemahan dari pendekatan di atas adalah tidak memperhatikan aspek
distribusi pendapatan. Akibatnya angka PDB per kapita kurang memberikan
gambaran rinci tentang kondisi kemakmuran suatu negara. Misalnya, walaupun
Amerika Serikat yang PDB perkapitanya US$ 29.080 (tahun 1997), namun negara itu
masih terus bergelut dengan masalah kemiskinan dan pengangguran, terutama di
kalangan warga kulit hitam ataupun pendatang (kulit berwarna). Bahkan secara
absolut tampaknya jumlah penduduk miskin di Amerika serikat akan bertambah.
Faktor utama pemicu gejala di atas adalah masalah distribusi
pendapatan.
Walaupun distribusi pendapatan di USA relatif
baik, tetapi belum sempurna untuk membuat seluruh penduduknya menjadi makmur.
Bahkan untuk faktor produksi non tenaga kerja, terutama uang dan modal,
distribusi penguasaannya sangat buruk. Pada tahun 1996, sekitar 46% aset
finansial dikuasai hanya oleh sekitar 1% penduduk.
Perhitungan PDB dan Masalah
Kesejahteraan Sosial
Umumnya ukuran tingkat kesejahteraan yang
dipakai adalah tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi, kebebasan memilih
pekerjaan dan jaminan masa depan yang lebih baik. Ada hubungan yang positif
antara tingkat PDB per kapita dengan tingkat kesejahteraan sosial. Makin tinggi
PDB per kapita, tingkat kesejahteraan sosial makin membaik. Hubungan ini dapat
dijelaskan dengan menggunakan logika sederhana. Jika PDB per kapita mkin
tinggi, maka daya beli masyarakat, kesempatan kerja serta masa depan
perekonomian makin membaik. Sehingga gizi, kesehatan, pendidikan, kebebabasan
memilih pekerjaan dan jaminan masa depan, kondisinya makin meningkat. Tapi
dengan catatan, peningkatan PDB per kapita disertai perbaikan distribusi
pendapatan.
Masalah mendasar dalam perhitungan PDB adalah
tidak diperhatikannya dimensi nonmaterial. Sebab PDB hanya menghitung output
yang dianggap memenuhi kebutuhan fisik/ materi yang dapat diukur dengan nilai
uang. Sedangkan output yang tidak terukur dengan uang, misalnya ketenangan
batin yang diperoleh dengan menyandarkan hidup pada norma-norma agama/spiritual
tidak dihitung. Sebab, dalam kenyataannya kebahagiaan tidak hanya ditentukan
oleh tingkat kemakmuran, tetapi juga ketenangan batin.
Jadi kita tidak bisa serta merta mengatakan
bahwa kesejahteraan sosial di negara-negara kaya(Amerika Serikat dan Jepang)
adalah jauh lebih baik dibanding di negara-negara miskin (misal Bhutan dan
Nepal). Karena, tingkat kejahatan dan tingkat bunuh diri di negara-negara kaya
tersebut lebih tinggi di banding negara-negara miskin.
PDB Per Kapita dan Masalah Produktivitas
Untuk memperoleh perbandingan produktivitas
antar negara, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
1. Jumlah
dan komposisi penduduk :
Bila jumlah penduduk makin besar, komposisi-nya sebagian besar adalah penduduk
usia kerja (15-64 tahun) dan berpendidikan tinggi (> SLA), maka
tingkat output dan produktivitasnya dapat makin baik.
2.
Jumlah
dan struktur kesempatan kerja :
Jumlah kesempatan kerja yang makin besar
memperbanyak penduduk usia kerja yang dapat terlibat dalam proses produksi.
Tetapi komposisi kerja pun mempengaruhi tingkat produktivitas. Sekalipun
kesempatan kerja sangat besar, tetapi semuanya adalah kesempatan kerja sektor
pertanian, produktivitas pekerja juga tidak tinggi. Sebab sektor pertanian
umumnya memiliki nilai tambah yang rendah. Jika kesempatan kerja yang dominan
berasal dari sektor kegiatan ekonomi modern (industri dan jasa), maka output
per pekerja akan relatif tinggi, karena nilai tambah kedua sektor tersebut amat
tinggi.
3.
Faktor-faktor
nonekonomi :
Yang tercakup dalam faktor-faktor nonekonomi
antara lain etika kerja, tata nilai, faktor kebudayaan dan sejarah
perkembangan. Jepang pantas menjadi negara yang produktif sebab selain jumlah
penduduk yang banyak, berpendidikan tinggi dan umumnya bekerja di sektor
modern, mereka juga memiliki etika kerja yang baik, menjujung tinggi kejujuran
dan penghargaan tergadap senior. Dan Jepang juga merupakan negara yang selama
kurang lebih 3.000 tahun terus menerus membangun dirinya menjadi bangsa modern,
walaupun pembangunan ekonomi modernnya baru dimulai dua abad yang lalu.
Penghitungan PDB dan Kegiatan-kegiatan Ekonomi Tak Tercatat (Underground
Economi)
Angka statistik PDB Indonesia yang dilaporkan
oleh Badan Pusat Statistik hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal.
Karena itu, statistik PDB belum mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian
suatu negara. Misalnya, upah pembantu rumah tangga di Indonesia tidak tercatat.
Begitu juga dengan kegiatan petani buah yang langsung menjual produknya ke
pasar.
Di negara-negara berkembang, keterbatasan
kemampuan pencatatan lebih disebabkan oleh kelemahan administratif dan struktur
kegiatan ekonomi masih didominasi oleh kegiatan pertanian dan informal. Tetapi
di negara-negara maju, kebanyakan kegiatan ekonomi yang tak tercatat disebabkan
oleh karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan ilegal atau melawan hukum.
Padahal, nilai transaksinya sangat besar. Misalnya, kegiatan penjualan obat
bius dan obat-obat terlarang lainnya.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar